Kamis, 21 April 2016

Scabies

Cara Mengatasi Penyakit Scabies Pada Kambing

Sabtu, Oktober 24th 2015. | Penyakit Kambing
KambingPotong.com – Penyakit Scabies atau yang dikenal dengan penyakit gudik ini adalah penyakit kulit pada ternak yang disebabkan oleh parasit tungau. Penyakit Kambing ini adalah salah satu penyakit menular yang sering ditemukan. Ditandai adanya radang pada kulit dengan disertai keropeng dan juga rontoknya bulu pada daerah yang terserang penyakit.
penyakit scabies pada kambing
Parasit Tungau penyebab scabies setelah menginfeksi ternak kemudian akan menmbus kulit, menghisap cairan limfe dan juga memakan sel se epidermis pada hewan. Penyakit scabies ini akan menimbulkan rasa gatal yang luar biasa sehingga kambing atau ternak yang terserang akan menggosokkan badannya ke kandang. Akan tetapi pada jenis penyakit ini semakin digosok ataupun digaruk maka akan menjadi semakin gatal.
Eksudat yang dihasilkan oleh penyakit gudik akan merembes keluar kulit kemudian mengering membentuk sisik di permukaan kulit. Sisik ini akan menebal dan selanjutnya terjadi keratinasi serta proliferasi jaringan ikat. Daerah sekitar yang terinfeksi parasit akanmenjadi berkerut dan tidak rata. Rambut kulit pada daerah ini akan menjadi jarang bahkan hilang.
Kambing muda lebih rentan terhadap penyait scabies. Penularannya terjadi melalui kontak langsung dengan ternak lainnya. Atau bisa juga tertular melalui peralatan pakan dan peralatan lainnya yang telah tercemar parasit scabies. Penyakit meningkat terutama pada musim penghujan.

Gejala

Sarcoptes scabiei menyukai bagian tubuh yang jarang rambutnya, misalnya daerah telinga, tumit, sela paha dan ambing.
  1. Hewan terlihat tidak tenang akibat rasa gatal dengan menggaruk atau menggosokkan pada benda keras. Rasa gatal tersebut timbul dari adanya allergen yang merupakan hasil metabolisme Sarcoptes scabiei. Selain itu, adanya aktifitas Sarcoptes scabiei misalnya berpindah tempat, juga dapat menyebabkan gatal.
  2. Rambut rontok dan patah-patah akibat sering menggaruk pada bagian yang gatal. Adanya kerusakan kulit dengan tepi yang tidak merata disertai penebalan kulit (keropeng), kulit bersisik dan diikuti terjadinya reruntuhan jaringan kulit.
  3. Nafsu makan hewan turun, dan pada akhirnya akan diikuti penurunan berat badan sehingga hewan akan tampak kurus. Pada kasus yang berat dapat mengakibatkan kematian.

Pengobatan Penyakit Scabies

  1. Pengobatan dilakukan dengan pemberian Ivermectin dengan cara suntik subcutan. Dosis yang diberikan umunya 1 ml untuk 20 kg bobot kambing. Pemberian dosis injeksi harus dikonsultasikan dengan dokter hewan. Injeksi diulang 10-14 hari kemudian dari injeksi yang pertama. Masa 10-14 hari adalah waktu yang diperlukan untuk sebuah telur tungau Sarcoptes scabiei yang mungkin masih tersisa untuk menetas. Ivomec umumnya dijual dalam kemasan 50 ml/botol.Obat akan tinggal dalam tubuh selama beberapa minggu. Bila pada penyuntikkan pertama penyakit belum sembuh, bisa diberikan dosis pengulangan pada 10-14 hari setelah suntikkan pertama. Perlu diingat bahwa ternak yang diambil susunya perlu hati-hati dalam pemberian ivermectin. Withdrawl time atau masa bebas obat dari ivermectin adalah 30 hari.
  2. Pemberian amitraz untu membasmi parasit tungau juga bisa dipertimbangkan. Obat ini merupakan satu satunya senyawa golongan formaldehid yang digunakan untuk ektoparasit. Mekanisme kerjanya dengan cara menghambat enjima monoamine-oxidase dan sintesis prostaglandin. Amitraz bertindak juga sebagai antagonis dari reseptor oktopamin. Enjima monoamine-oxidase menjadi katalisator pemecahan amin-nemotransmitter di dalam parasit seperti caplak dan tungau. Sedangkan octopamin dapat meningkatkan otot parasit.
  3. Mungkin contoh pengobatan scabies yang terakhir ini sering dijumpai dilapangan, terutama pada peternakan rakyat. Pengobatan parasit tungau menggunakan oli bekas. Caranya adalah oli dioleskan pada daerah atau kulit yang terserang penyakit. Beberapa kasus mungkin bisa saja sembuh dengan cara pengobatan ini. Kemungkinan kesembuhan terjadi karena parasit tidak mendapatkan oxygen yang melanjut dengan anoxia hingga akhirnya parasit mati.

Pengobatan tradisional

Selain pengobatan medis komersial, pengobatan tradisional dapat dilakukan. Beberapa pengobatan tradisional yang pernah kami lakukan
  1. Untuk kasus ringan kami menggunakan oli bekas + belerang + minyak kelapa (minyak goreng), dimasak laku didinginkan
  2. Untuk kasus yang parah kami menggunakan 2 liter minyak goreng + Decis (obat serangga untuk tanaman / insektisida) 50 ml + oli bekas 50 ml. Pada kasus yang parah dimana kudis sudah menyerang seluruh tubuh kambing, ramuan ini diberikan 2 minggu (14 hari sekali). Dalam satu bulan kambing tersebut sembuh total dari kudisnya.
Penelitian lain menggunakan bahan yang berbeda untuk pengobatan tradisional dengan komposisi 97 ml oli bekas + 3 ml cuka 3% + 5 siung bawang merah. Masih banyak variasi bahan lainnya yang dapat dijumpai di internet atau buku.
Sebelum diobati ada baiknya kambing dimandikan dengan sabun sampai bersih. Setelah dimandikan kambing dijemur sampai kering. Ramuan diatas dioleskan atau diaplikasikan pada bagian yang terinfeksi. Hindari kontak dengan mata kambing. Setelah diobati hendaknya kambing diisolasi di kandang tersendiri.
Tentu saja pengobatan dengan Ivomec lebih cepat daripada menggunakan cara tradisional. Namun setidaknya pengobatan tradisional memberikan alternatif untuk menggantikan ketiadaan Ivomec. Untuk kasus ringan, biaya pengobatan tradisional lebih murah dibandingkan Ivomec yang cukup mahal. Selain itu Ivomec memiliki pantangan-pantangan seperti yang telah dijelaskan diatas.

Macam Kudis

  1. Kudis ringan, ditandai dengan bintik-bintik kecil dan keras
  2. Kudis nanah, ditandai bintik-bintik besar yang didalamnya mengantung nanah. Biasa menyerang ambing kambing.
  3. Kudis tebal (kudis keket), menyerang mulai dari telinga dan kaki. Sulit untuk disembuhkan. Pada kasus yang pernah kami jumpai, telinga yang terserang kudis harus dipotong (amputasi).

Pencegahan

Sekalipun terdapat berbagai macam obat mengatasi kudis, mencegah lebih penting daripada mengobati. Beberapa langkah pencegahan yang dilakukan peternak:
  1. Menjaga kebersihan kandang dan peralatan. Bersihkan kandang kambing dari sisa-sisa makanan yang jatuh.
  2. Hindari kambing dari air hujan. Jaga agar kandang tidak lembab.
  3. Menjaga kebersihan kambing dengan memandikan ternak.
  4. Isolasi dan observasi (karantina) kambing yang baru masuk.
  5. Hindari memasukkan ternak terinfeksi kudis.
  6. Segera isolasi dan obati kambing yang terinfeksi.
  7. Menjaga kebutuhan pakan kambing agar tetap terpenuhi. Kambing etawa yang kurang konsumsi pakannya akan mudah terserang penyakit
Demikian beberapa Cara Mengatasi Penyakit Scabies Pada Kambing. Perlu diingat bahwa sebelum menentukan diagnosa bahwa ternak terserang penyakit scabies, sebaiknya pastikan dulu dengan diagnosa laboratorium dengan sampel beruba kerokan kullit pada daerah yang diduga terserang penyakit scabies.

Sosialisasi Penanggulangan Rabies

Dalam rangka kewaspadaan dini dan peningkatan kesadaran masyarakat (Public Awareness),
Bidang keswan Lebong bekerjasama dengan Bidang Keswan Provinsi Bengkulu akan mengadakan
Sosialisasi Rabies pada :

Hari            : Senin, 25 April
Lokasi        : Balai Desa Talang Kerinci, Kec Bingin Kuning
Waktu         : Jam 11.00 s/d selesai
Peserta        : Masyarakat Desa Talang Kerinci

CP : drh. Yudi Yurnalis dan drh Ferdi Ferdian

Jadwal vaksinasi Rabies bulan April

Dalamm rangka pencegahan penyakit rabies Bidang kesehatan hewan Dinas Perikanan dan Peternakan akan melakukan vaksinasi massal dengan jadwal sebagai berikut :

Hari : Jum,at 22 April 2016

1. Desa Nangai Tayau                Jam 09.00 s/d 10.00

2. Desa Nangai Tayau I              Jam 10.00 s/d 11.00

1. Desa Sungai Gerong                Jam 09.00 s/d 10.00
2. Desa Sukau rajo                       Jam 10.00 s/d 11.00

Hari : Sabtu, 23 April 2016

1. Kel. Embong Panjang                Jam 09.00 s/d 10.00
2. Desa Sukadamai                        Jam 10.00 s/d 11.00

1. Desa Tanjung Bungai II                Jam 09.00 s/d 10.00
2. Desa Tanjung Bungai I                  Jam 10.00 s/d 11.00

Tim Vaksinator : drh. Yudi Yurnalis, Suzi Villianti, S.Pt, dkk

Jumat, 08 April 2016

Pemeriksaan sampel PAH (Pangan asal hewan)


Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Bidang Kesehatan Hewan adalah sebagai berikut :

  1. Kepala Bidang Kesehatan Hewan
  1. Tugas :
  • Melaksanakan penyusunan rencana dan program kerja, urusan kesehatan hewan, pengendalian dan pencegahan penyakit hewan
  1. Fungsi :
  • Melakukan penyelenggaraan pembinaan teknis dan pelayanan kesehatan hewan dan inseminasi buatan.
  • Melaksanakan penyiapan pedoman tatalaksana kesehatan hewan meliputi pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan menular, pengamatan dan penyidikan penyakit hewan.
  • Melaksanakan pengawasan dan pemberian izin usaha distribusi obat hewan
  • Melaksanakan pengawasan bahan pangan asal ternak serta hasil bahan pangan asal ternak
  • Melaksanakan pengawasan lalu lintas ternak
  • Melaksanakan pemberian izin keluar masuk ternak, sapronak dan hasil ternak
  • Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan.
  1. Kepala Sub Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Ternak
  • Melakukan pembinaan teknis kesehatan hewan, inseminasi buatan, penyelenggaraan keunggulannya serta pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan menular.
  • Melaksanakan pelayanan kesehatan hewan, pengawasan dan pemberian izin usaha distribusi obat hewan
  • Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan.
  1. Kepala Sub Bidang Pembinaan dan Pengawasan Lalu Lintas Ternak
  • Melaksanakan pengawasan bahan pangan asal ternak serta pengolahan bahan pangan asal ternak
  • Melaksanakan pengawasan lalu lintas ternak dan pemberian izin keluar masuk ternak, sapronak dan hasil ternak
  • Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan.

Program

Pelaksanaan kegiatan rutin Bidang Keswan terdiri dari :
  1. Pelayanan kesehatan hewan ke kelompok tani, peternak dan masyarakat
  2. Vaksinasi Rabies massal
  3. Surveilans, monitoring, pencegahan dan pengendalian Flu Burung
  4. Pendataan populasi ternak dan HPR (Hewan Pembawa Rabies)
  5. Pengawasan lalu lintas ternak
  6. Inseminasi Buatan dan penanganan gangguan Reproduksi pada Sapi
  7. Penyuluhan penyakit hewan menular dan zoonosis
  8. Pembinaan Puskeswan dan Rumah Potong Hewan
  9. Pengawasan bahan pangan asal hewan dan olahannya
  10. Koordinasi dan konsultasi dinas terkait
  11. Pelatihan SDM bidang Keswan

Profil

Kesehatan hewan adalah segala urusan yang berkaitan dengan perawatan, pengobatan, pelayanan, pengendalian dan penanggulangan serta penolakan penyakit hewan. Kegiatan kesehatan hewan di Kabupaten Lebong meliputi kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Hewan Menular, Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Flu Burung (Avian Influenza) serta Pembinaan dan Pengawasan Lalu Lintas Ternak.
Bidang kesehatan hewan merupakan salah satu bidang Dinas Perikanan dan Peternakan yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah No.1 Tahun 2006 tentang Organisasi Perangkat Daerah yang kemudian diperbarui dengan Peraturan Daerah No.1 Tahun 2008 serta diperjelas dengan Peraturan Bupati Lebong No. 593 Tahun 2006 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perikanan dan Peternakan.
Berdasarkan Perda dan Perbup diatas serta mengacu kepada Renstra Dinas Perikanan dan Peternakan Tahun 2011-2015 arah kebijakan pembangunan di bidang kesehatan hewan adalah :
  1. Mengendalikan penyakit hewan menular melalui pengawasan ternak dan produknya yang datang dari luar
  2. Mencegah perkembangan penyakit hewan menular di Kabupaten Lebong
  3. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kesehatan hewan dan penyakit ternak
  4. Mengoptimalkan pelayanan kesehatan hewan dan sistem pelaporan kesehatan hewan yang akurat
  5. Menyediakan bahan pangan asal hewan yang baik secara kualitas maupun kuantitas.

Visi dan misi

  1. Visi
Mengacu kepada Visi Dinas Perikanan dan Peternakan “ Terwujudnya Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat dari Sektor Perikanan dan Peternakan dengan didukung Sumber Daya Manusia yang berkualitas guna meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Lebong”
Maka Visi Bidang Kesehatan Hewan sebagai berikut “Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Hewan dan Kesmavet yang Handal dan Mumpuni Bagi Masyarakat Lebong dengan didukung Tenaga Medik dan Paramedik Veteriner yang berkualitas dan berintegritas”.
  1. Misi
Agar visi tersebut diatas dapat diwujudkan maka perlu ditetapkan 6 (enam) misi Bidang Kesehatan Hewan sebagai berikut :
  • Meningkatkan pelayanan kesehatan hewan dan kesmavet serta pengawasan lalu lintas ternak sehingga terciptanya kondisi yang kondusif bagi peningkatan produktifitas dan efisiensi budidaya ternak serta ketentraman batin masyarakat.
  • Meningkatkan sarana dan prasarana bidang kesehatan hewan
  • Meningkatkan kualitas tenaga medik dan paramedik veteriner
  • Menciptakan iklim usaha yang produktif dibidang peternakan
  • Penguatan kelembagaan kesehatan hewan melalui optimalisasi peran Puskeswan dan RPH.
  • Meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit hewan menular


Kamis, 07 April 2016

Program Kerja

1. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Hewan Menular Strategis
2. Penjaminan Pangan Asal Hewan yang Aman, Sehat Utuh dan Halal
3. Monitoring Pencegahan Penyakit Ternak
4. Pengawasan lalu lintas ternak dan bahan asal ternak
5. Surveilans dan Pelaporan Penyakit Ternak
Rabies atau umumnya dikenal sebagai penyakit “anjing gila”, merupakan penyakit serius yang menyerang otak dan sistem saraf. Penyakit ini digolongkan sebagai penyakit mematikan yang harus ditangani dengan cepat.
Rabies-alodokter

Rabies di Indonesia

Menurut data kementrian kesehatan (Kemenkes) selama tahun 2012, terdapat 84.750 kasus gigitan hewan yang berpotensi menularkan rabies di Indonesia. Karena itulah pemerintah bersama Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprioritaskan penanggulangan rabies di Indonesia. Walau kebanyakan gigitan tidak berujung pada kasus positif rabies, korban yang akhirnya mengidap rabies bisa meninggal. Pada tahun 2012, 137 korban meninggal setelah positif mengidap rabies.
Di Indonesia, 98 persen kasus rabies ditularkan melalui gigitan anjing dan 2 persen ditularkan melalui gigitan kucing dan kera. Di indonesia sendiri, rabies pada hewan sudah ditemukan sejak tahun 1884. Sedangkan kasus rabies pada manusia di Indonesia, pertama kali ditemukan pada tahun 1894 di Jawa Barat.

Beberapa gejala rabies

Inkubasi virus rabies untuk masuk ke dalam tahapan gejala bisa saja memakan waktu cukup lama, tapi ketika gejala sudah dimulai dan memasuki fase akhir, pengidapnya dapat mengalami kematian. Masa inkubasi adalah jarak waktu antara virus pertama masuk ke dalam tubuh sampai gejala pertama muncul. Gejala rabies pada manusia diantaranya adalah demam tinggi, rasa gatal di bagian yang terinfeksi, perilaku agresif, dan takut terhadap air atau dikenal dengan hidrofobia.
Gejala rabies yang terlihat pada hewan, hampir serupa dengan gejala yang berkembang pada manusia, kecuali hidrofobia.

Penyebab rabies

Rabies disebabkan oleh virus lyssaviruses. Virus ini ditularkan pada manusia melalui hewan yang sebelumnya telah terjangkit penyakit ini juga. Seseorang dapat terjangkit rabies jika air liur dari hewan rabies tersebut masuk ke dalam tubuhnya lewat gigitan, Bahkan lewat cakaran pun bisa jika hewan rabies tersebut sebelumnya telah menjilati kuku-kukunya. Dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, seseorang terjangkit rabies karena luka di tubuhnya terjilat oleh hewan yang terinfeksi.
Apakah semua manusia yang digigit hewan yang terinfeksi dapat terjangkit rabies? Jawabannya adalah tidak. Manusia yang telah divaksinasi rabies akan kebal terhadap virus tersebut. Secara teori, penularan rabies dari manusia ke manusia pun bisa terjadi. Namun pada kasus seperti itu, sejauh ini yang terbukti adalah penularan melalui transplantasi atau pencangkokan organ.

Diagnosis rabies

Hingga kini belum ada tes yang dapat mendeteksi seseorang terkena rabies ketika baru digigit. Rabies baru diketahui jika virus sudah selesai berinkubasi dan memulai terornya melalui gejala. Oleh sebab itu untuk menentukan terkena rabies atau tidaknya seseorang, dokter hanya mengacu pada keterangan pasien. Dalam melakukan diagnosis biasanya dokter akan bertanya apakah pasien telah mengunjungi tempat atau daerah yang rawan rabies dan apakah pasien telah digigit oleh hewan yang berpotensi membawa virus penyakit tersebut.

Langkah penanganan pertama rabies

Jika Anda telah digigit hewan yang berpotensi menularkan rabies, yang perlu dilakukan pertama kali adalah mencuci luka gigitan tersebut dengan sabun dan air bersih yang mengalir. Selanjutnya bersihkan luka dengan menggunakan antiseptik atau alkohol. Jangan tutupi luka dengan menggunakan perban, kain kasa, atau apa pun. Jadi dengan kata lain biarkan luka tetap terbuka. Segeralah menuju ke rumah sakit atau klinik kesehatan terdekat untuk diperiksa lebih lanjut.

Penanganan sebelum munculnya gejala

Jika rabies yang menjangkiti seseorang masih berada pada tahap awal atau sebelum gejala muncul,  dokter akan melakukan pengobatan yang disebut profilaksis pasca pajanan. Dalam pengobatan tersebut, dokter akan membersihkan bagian tubuh yang terinfeksi, serta memberikan serangkaian vaksinasi untuk mencegah virus menyebar ke otak dan sistem saraf. Pada sebagian besar kasus rabies yang ditangani pada tahap, penanganan profilaksis pasca pajanan ini terbukti efekif.
Jika rabies telah mencapai tahap gejala, maka risiko kematian telah mengintai. Pada fase ini, biasanya dokter akan lebih fokus untuk membuat pasien tetap tenang dan senyaman mungkin.

Pemberian vaksinasi rabies

Penularan rabies dapat dicegah melalui vaksinasi. Vaksinasi secara berkala biasanya hanya diberikan pada mereka yang dalam pekerjaannya sering berinteraksi dengan hewan sehingga berpotensi tinggi untuk terjangkit, contohnya adalah dokter hewan dan pengurus kebun binatang. Vaksinasi rabies biasanya tidak perlu diberikan kepada mereka yang hanya akan melakukan liburan singkat ke daerah pedesaan.

Kiat menghindari rabies

Menjaga diri sendiri dan keluarga dari penularan virus rabies sebenarnya tidak sulit. Ketika mengunjungi desa atau daerah pelosok yang belum bebas dari rabies, usahakan agar Anda dan keluarga Anda tidak sembarangan menyentuh hewan liar. Ajarkan pada anak-anak Anda mengenai bahaya memelihara hewan liar tersebut, serta alasannya.
Jika terdapat luka pada anak-anak Anda, tanyakan pada mereka dari mana luka tersebut berasal karena dikhawatirkan didapat dari gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi rabies. Didik anak-anak Anda agar paham bahwa gigitan hewan bisa berbahaya.

sumber : http://www.alodokter.com/rabies?gclid=Cj0KEQjwipi4BRD7t6zGl6m75IgBEiQAn7CfF-rnphoCc0a7qaQKUg-zB9_0ChoAcJ3imUF0_Tz2u7gaAmfL8P8HAQ

Profil

Profil Bidang Kesehatan Hewan

Bidang Kesehatan Hewan memiliki 2 Sub Bidang ;

1. Sub Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Ternak
2. Sub Bidang Pembinaan dan Pengawasan Lalu Lintas Ternak

Nama pegawai bidang kesehatan hewan :
1. drh. Yudi Yurnalis
2. drh. Ferdi Ferdian
3. Suzi Villianti, S.Pt
4. Titi Rismiyanti
5. Lenda
6. Dio
7. Sabar Angga
8. Faldano
9. Kusni

Rabu, 06 April 2016

WASPADA PENYAKIT CACING HATI PADA TERNAK



http://keswanlebong.blogspot.co.id/Penyakit kecacingan (helminthiasis) seringkali dianggap remeh oleh peternak karena resiko kematian yang ditimbulkan relatif kecil. Akan tetapi kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh penyakit kecacingan cukup besar, antara lain penurunan berat badan, penurunan kualitas daging, kulit, dan jerohan, penurunan produktivitas ternak sebagai tenaga kerja pada ternak potong dan kerja, penurunan produksi susu pada ternak perah dan bahaya penularan pada manusia serta kematian ternak pada infestasi yang parah.
 
Apa itu Fasciolosis?
Fasciolosis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing Fasciola sp. Spesies yang umum ditemukan pada ternak di Indonesia adalah Fasciola gigantica. 
 
Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh cacing hati Fasciola sp. yang hidup di dalam hati dan saluran empedu serta memakan jaringan hati dan darah.

Ternak Rentan
sapi, kerbau, kambing dan ruminansia lain. Ternak berumur muda lebih rentan daripada ternak dewasa.
 
Gejala Klinis
Pada Sapi penderita akan mengalami gangguan pencernaan berupa konstipasi atau sulit defekasi dengan tinja yang kering. Pada keadaan infeksi yang berat sering kali terjadi mencret, ternak terhambat pertumbuhannya dan terjadi penurunan produktivitas.
Pada Domba dan kambing, infeksi bersifat akut, menyebabkan kematian  mendadak dengan darah keluar dari hidung dan anus seperti pada penyakit anthrax. Pada infeksi yang  bersifat kronis, gejala yang terlihat antara lain  ternak malas, tidak gesit, napsu makan menurun, selaput lendir pucat, terjadi busung (edema) di antara rahang bawah yang disebut “bottle jaw”, bulu kering dan rontok, perut membesar dan terasa sakit serta ternak kurus dan lemah.
 
Diagnosis
Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan diteguhkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap sampel kotoran (feses) untuk mengidentifikasi adanya telur cacing. Pemeriksaan pasca mati juga dapat dilakukan untuk mengidentifikasi cacing dewasa pada organ yang terserang.

Pencegahan   
Tindakan pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan memberantas vektor penyakit yaitu memberantas siput secara biologik, misalnya dengan pemeliharaan itik/bebek, ternak jangan digembalakan di dekat selokan (genangan air), rumput jangan diambil dari daerah sekitar selokan.
 
Pengobatan
Pengobatan secara efektif dapat dilakukan dengan pemberian per oral  albendazole, dosis pemberian sebesar  10 - 20 mg/kg berat badan, namun perlu perhatian bahwa obat ini dilarang digunakan pada 1/3 pertama kebuntingan, karena menyebabkan abortus. Fenbendazole 10 mg/kg berat badan atau lebih aman pada ternak bunting. Pengobatan dengan Dovenix yang berisi zat aktif Nitroxinil dirasakan cukup efektif juga untuk trematoda. Dosis pemberian Dovenix adalah 0,4 ml/kg berat badan dan diberikan secara subkutan. Pengobatan dilakukan tiga kali setahun.


Nama   : dr. Pak Yudi
Alamat  :  Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lebong. Muara Ketayu